Beruntung atau diberkati?

Selamat siang.. Apa kabar? Blog ku yang selama ini aku isi dengan tugas-tugas kuliah ku. Yang sepertinya akan menjadi tugas-tugas kuliah terakhir ku karena selesai sudah kuliah S1 Psikologi ku tahun ini.
Beruntung atau memang diberkati? Beruntung semacam suatu kebetulan, sedangkan diberkati ada proses di dalamnya. Aku percaya nggak ada yang kebetulan di dunia ini, dan aku juga percaya, I’M BLESSED IN GOD. Tahun 2013 ini ga kalah berkatnya sama tahun-tahun sebelumnya. As you know berkat nggak selalu yang positif, berkat nggak selalu materi tapi juga pembelajaran yang sulit, yang berkatnya dapat diambil saat kita berhasil. 2013 tahun yang aku tunggu-tunggu dari beberapa tahun sebelumnya, tahun aku lulus, tahun penantian ku selesai. Banyak rencana yang sudah kusiapkan NANTI di tahun 2013, dan ketika NANTI sudah menjadi SEKARANG, rasanya ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan, atau ga semudah PHP-er ninggalin gebetannya.

Ada yang hilang, ada yang mengecewakan, ada yang nggak sesuai dengan rencana, memang kita boleh berencana, tapi Tuhan tetap punya rencana, yang lebih baik pastinya. Tapi dibalik rasa kecewa yang ada, aku sadar bahwa rencanaku, harapanku, tak lepas dari tangan Tuhan. Sedihnya yang kurasakan tak lepas dari penglihatannya dan aku PERCAYA apa yang ku dapat sekarang adalah yang TERBAIK yang Tuhan ijinkan untuk datang. AKU DIBENTUK. Hanya itu yang membuat ku percaya bahwa ini semua akan indah pada saatnya.

Tapi nggak semuanya berantakan, nggak semuanya mengecewakan. Dibalik beberapa hal yang membuat berat badan ku turun beberapa kilo, aku masih diberikan tempat untuk bersyukur (ya salah satunya soal turun berat badan itu). Tahun ini aku sudah harus menyusun skripsi ku untuk syarat mendapatkan Sarjana Psikologi ku, saat mendapatkan Surat Keterangan (SK) tentang siapa dospemku (dosen pembimbing) aku menemukan nama tak ku kenal dengan Profesor sebagai title-nya. “Profesor? Bagaimana ini?” tanyaku. Beliau mengajar program S2 dan S3 di kampusku dan juga menjadi guru besar di Universitas Indonesia. WOW. Bayangan ku langsung berubah jadi sulit, aku bukan mahasiswi dengan IPK di-atas 3,5 kenapa harus dapat prof? Pikirku saat itu dan ternyata bukan soal IPK penentunya, tapi judul skripsi apa yang kita ajukan.

“Beliau baik kok. Baaaiiiikkk sekali..” Ucap wali kelas ku saat aku bertanya siapa beliau sambil tersenyum, membawa sedikit kelegaan buatku dan jawaban itu juga yang aku dapatkan dari teman-teman ku yang kebetulan di program S2 dan sudah mengenal beliau lebih dulu. Semakin lega.

Dalam waktu singkat aku sudah mendapatkan nomor teleponnya, ku telepon dan kita membuat janji untuk bertemu, dari suaranya memang kudengar sangat ramah. Setelah itu hal ‘lucu’ terjadi, sore di kampus setelah aku menghubungi beliau, aku dan temanku yang juga sama dospemnya dengan aku pergi ke toilet kampus, disana kami sudah mengantri lebih dulu dan kemudian datang seorang ibu tua yang juga mengantri, datang-datang beliau sudah cengengesan. Hahahaha… Lucu liat nenek-nenek cengengesan dan kami pun mendahulukan beliau untuk masuk toilet lebih dulu, sesudah keluar dari toiletpun beliau masih senyum-senyum. Hihi…

Terus lucunya dimana? Beluuuum…. Besoknya aku dan temanku menemui dospem kami yang wajahnya pun tak kami kenal, sampai di ruangannya kami menemukan beliau tidak ada. Kami menunggu di luar ruangan beliau dan kemudian lewatlah ibu-ibu tua yang bertemu dengan kami di toilet. Sama. Cengengesan juga. Kamipun ikut cengengesan. Hehehehe.. Masuk lah dia ke salah satu ruangan yang di atas pintunya bertuliskan ‘Guru Besar’. Kami melanjutkan penantian kami, sambil bertanya-tanya dimana dospem kami. Akhirnya kami putuskan untuk menghubungi lagi, pada saat diangkat beliau mengatakan sudah sampai di ruangannya dan kemudian keluar dari ruangannya. Eng ing eng… Ternyata dospem kami adalah ibu-ibu toilet yang cengengesan itu. HAHAHA.. Spontan kami kaget, cekikikan sendiri. Lucu, kebetulan yang lucu 
Jadilah kami konsul dengan beliau setiap waktunya. Ya, benar. Beliau sangat baik dan cenderung perhatian pada kami mahasiswa bimbingannya. Kalau biasanya kami yang cari dospem, ini kami yang dicari. Hehehe.. Cuma ya gitu, harus sabaaaaar. Ya namanya juga orang tua, profesor juga suka lupa. Tapi overall menyenangkan, meskipun bisa dibilang skripsi ku cukup ‘mandek’.

Setiap ada yang bertanya siapa dospem ku, mereka selalu bilang “Oooh… Baik ituu…” atau “Kamu beruntung….”  Ya, walaupun perjalanan skripsi ku tak sebaik dospem ku. Hehehe.. Tapi aku merasa beruntung, eh, atau diberkati ya? Hahahaha…

Terima kasih Tuhan untuk jalan yang sudah diberikan. Dibalik kesusahan yang ada, saat kita berserah Tuhan nggak akan tinggal diam. Mungkin masalah yang sebelumnya tidak selesai, atau kembali baik seperti semula, tapi Tuhan berikan nikmat yang lain, yang pasti yang lebih TERBAIK.

Nggak ada yang kebetulan di dunia ini, nggak ada yang kebetulan dibalik senangmu, sedihmu, tangismu, kecewamu, bangkitmu. Aku nggak pernah sendiri, begitu juga kamu. Saat aku tersakiti dan jatuh, aku percaya ada tangan Tuhan yang membuat bertahan atau bahkan membangkitkan. Jalanku tinggal sedikit lagi untuk mencapai tujuanku di tahun ini, Tuhan sudah sediakan semua fasilitasnya yang terbaik (pasti terbaik). Bertahan untuk yang terbaik.

Tinggalkan komentar